Selasa, 23 Februari 2016

2016 lewat 54 hari

hmmm yuup sesuai dengan judulnya, 2016 lewat satu bulan 23 hari. berarti udah cukup lama Gue gak buka blog ini, terakhir itu Gue nulis 2013, itupun Gue coba bikin cerpen yg masih bersambung dan Gue belom bisa lanjutin lagi. Wow fantastis 2 tahun lebih gak nulis, maklum lah Gue kan orang (sok) sibuk. Itu artinya di 2014 - 2015 Gue gak memposting apapun di sini. Padahal sebetulnya banyak yang bisa diceritakan pada tahun-tahun tersebut, tapi Gue nya terlalu malas, dan ya Gue memang beberapa tahun terakhir jarang bercerita mengenai diri sendiri yang sebenarnya kepada orang-orang, apalagi berkaitan dengan masalah. Habis kalau Gue cerita masalah ke orang-orang, bisa saja mereka juga sedang punya masalah, makin nambahin masalah aja pikir Gue, jadi ya Gue simpan sendiri aja.
Gue kaget juga pas gue buka Blog ini udah banyak sarang Laba-laba sama sarang Tawon segede gentong, dibawahnya ada gelandangan lagi tidur.

Dan sekarang tahun 2016 lewat 54 hari setelah malam tahun baru dan baru 4 tahun Gue selamat dari kiamat yang di ramalkan. Mungkin Gue harus mulai rajin menulis lagi di sini, ya harus dibiasakan, harus disiplin, semoga saja.

Sedikit cerita di tahun 2014 - 2015, ada banyak kejadian yang cukup menyenangkan terjadi di tahun tersebut. Banyak pengalaman baru yang Gue rasain dan Gue cukup bersyukur bisa mengalaminya. Dan tentu yang bikin sedih juga gak jarang sich, Cuma gw gak mau bahas aja.

Dan, Gue menutup tahun 2015 dengan biasa-biasa saja, gak merayakan apapun, cuma di rumah, main gitar. Dan sampailah di tahun 2016, baru 54 hari juga Gue cukup banyak cerita senang dan juga miris, baru 3 hari yang lalu Gue ulang tahun pun gak ada yang spesial, gak ada orang yg spesial yg ngucapin, gak ada kado, next apa lagi ya? Ah siapa yang tahu, misteri yang membuat hidup jadi lebih menarik.

Dan setelah ini, mungkin Gw akan berusaha lebih rajin untuk menulis di sini (berharap masih ada yang membaca).

Kamis, 04 Juli 2013

Hype: Yang Terlupakan dalam Sejarah Grunge


Grunge tidak lahir dari selangkangan Kurt Cobain dan Courtney Love, melainkan dari jalinan tangan suatu komunitas di Seattle. Fakta tersebut yang ingin diluruskan oleh Hype, dokumenter garapan Doug Pray tahun 1996 silam.
 Sebagai fenomena budaya pop yang menghebohkan dekade 90-an, kelahiran dan kematian grunge disimbolkan dalam dua ledakan: ledakan kreativitas para partisipannya, dan ledakan senapan yang membobol kepala Kurt Cobain.
 Di antara dua ledakan tersebut, ada dinamika industri musik yang nantinya mendefinisikan posisi grunge dalam sejarah musik.
 Ada band-band kecil yang menghilang begitu saja, dan ada nama-nama besar yang terus-menerus dirotasi media. Pada dinamika antar band tersebut,
 Hype menenun narasinya tentang sejarah grunge.
Pertanyaan bagi setiap narasi tentang sejarah adalah: siapa penyusunnya? Pada pembacaan yang lebih luas, sejarah bukanlah sekadar kronologi kejadian, melainkan sebuah wacana yang disusun oleh suatu pihak.
 Oleh karena itu, penyusunan narasi sejarah mau tidak mau terikat dengan kepentingan dan kompetensi penyusunnya. Doug Pray berasal dari Hollywood. Ia tumbuh besar dan belajar film di sana.
Hype mengharuskan dia keluar dari Hollywood, baik dari pandangan dunianya maupun pakem produksinya, dan mencoba merekam sebuah fenomena di Seattle. Untuk menjadikan Hype sebuah potret yang menyeluruh tentang grunge, ada jembatan pengetahuan yang harus diseberangi Pray. Dia tidak saja harus melakukan riset perihal grunge, tapi juga masuk ke dalam nuansa kehidupan sehari-hari di Seattle. Pada titik ini, kapabilitas Doug Pray sebagai penyusun narasi sejarah diuji. Ia harus menegosiasikan dua hal yang kontradiktif: tuntutan Hollywood untuk mengedepankan nama besar, dan keinginannya mengangkat nama-nama yang tak pernah dianggap di lingkaran media.
Menilik dari perkembangan plot film Hype, Pray memulai narasi tiga babaknya dari akar kota Seattle, lalu menyusuri perjalanan musik grunge secara sosio-historis. Babak pertama ia isi dengan adegan-adegan para musisi Seattle, pemilik label rekaman, jurnalis dan warga lokal bicara tentang kotanya. Semuanya bukan nama-nama tenar, dan bicara tentang Seattle dalam nada nostalgis, seakan-akan ada kehilangan besar yang mereka rasakan. Narasumber yang Pray pilih jelas menyokong niatnya memotret grunge secara komprehensif. Pasalnya, semua narasumber tersebut berasal dari akar rumpun kota Seattle, orang-orang yang lama tinggal di sana dan paham betul seluk beluk kotanya. Menurut para narasumber tersebut, Seattle dulunya bukan apa-apa. Seattle hanyalah kota terpencil yang dihuni pemalas, pemabuk, dan pembunuh berantai. Salah satu narasumber bilang, “Soal kasus pembunuhan berantai yang tak terpecahkan, kota ini nomor satu di Amerika.” Kondisi tersebut menjadikan Seattle tidak terlalu dilirik di belantara permusikan Amerika. Sedikit sekali band yang mau mampir. Para EO pun juga ogah mengadakan acara musik besar-besaran di Seattle. Praktis Seattle menjadi kota yang kering hiburan.
Babak kedua menjadi gambaran konsekuensi dari kondisi yang diceritakan di babak pertama. Pada babak ini, Pray melanjutkan fokusnya terhadap akar rumpun kota Seattle. Fokusnya adalah pola relasi warga kota Seattle, dan pengaruhnya terhadap perkembangan grunge. Nyaris tertutup dari dunia luar, Seattle memungkinkan penduduknya untuk menjalin ikatan yang kuat. Semua orang kenal satu sama lain, dan mudah saja bagi mereka untuk saling menghibur satu sama lain. Gitaris A bisa bermain untuk band B, sambil membantu band C di acara D, yang diselenggarakan di tempatnya E, yang bermain drum untuk band F, yang latihan di satu garasi bersama bandnya gitaris A. Etos do-it-yourself plus kebersamaan itulah yang mendasari band-band di awal-awal kemunculan grunge, yang satu per satu Pray perkenalkan lewat klip penampilan live mereka. Sebut saja The Gits, The Melvins, The Posies, 7 Year Bitch, dan Coffin Break. Nama-nama inilah yang lenyap di babak ketiga, ketika fokus pembahasan Hypepindah ke eksploitasi grunge oleh media. Berkat kacamata media yang sempit, ledakan grunge sebagai sensasi dunia musik dialamatkan pada tiga nama saja: Pearl Jam, Soundgarden, dan Nirvana.
Secara taktis, Pray menaruh klimaks Hype pada kematian Kurt Cobain. Kebijakan Pray tersebut membingkai kematian grunge sebagai sesuatu yang tragis, sebuah gambaran yang berima manis dengan suasana nostalgis di awal film. Pasalnya, warga Seattle memang telah kehilangan grunge, dan mereka hanya bisa berkabung atas kematiannya di tangan media. Kematian Cobain menjadi representasi yang ikonik dari kematian semangat asli grunge. Sesuatu yang awalnya lahir bukan karena motif ekonomi, ujung-ujungnya mati sebagai ornamen dalam ruang-ruang komersil. Secara ironis, Pray mengkontraskan klip penampilan live band-band grunge dengan montase produk berlabel grunge: mulai dari “baju grunge”, acara-acara televisi nasional, hingga remix elektronik lagu Smells Like Teen Spirit.
Sayangnya, dengan menekankan kematian Cobain sebagai akhir dari grunge, Hype malah menyalahi niat awalnya. Hype memutus rantai narasi film yang berfokus pada komunitas grunge, dan menjebak dirinya dalam perspektif sempit ala media-media yang Hype coba kritisi. Menjadikan Cobain sebagai alasan utama kematian grunge jelas sangat menyederhanakan realita yang ada. Pasalnya, ada dua kejadian lainnya yang memecah belah grunge di level komunitas. Kejadian pertama adalah kematian Andy Wood, vokalis Mother Love Bone. Kematian Wood menjadi pukulan telak bagi komunitas grunge, karena Wood adalah salah satu figur yang turut mengembangkan grunge sejak awal. Kala kompatriotnya mulai menuai sukses sebagai ikon budaya pop, Wood meninggal dunia. Hal ini membuat banyak orang dalam komunitas grunge mulai jengah dengan ketenaran yang media sematkan pada mereka. Kejengahan tersebut sukses Pray tangkap dalam beberapa adegan wawancaranya. Masalahnya, Pray sebentar sekali menyorot kematian yang menyulut kejengahan tersebut. Pray lebih memilih memajang adegan panjang puluhan orang menangisi Cobain, ketimbang mendokumentasi lebih jauh reaksi komunitas grunge terhadap kematian Wood.
Kejadian kedua adalah pemerkosaan dan pembunuhan Mia Zapata, vokalis The Gits. Menurut beberapa catatan sejarah, kejadian ini yang paling memukul komunitas grunge. Kematian Zapata membuat banyak band Seattle merasa tidak nyaman menjadi selebritis lokal di kotanya. Satu per satu, mereka bubar, ganti aliran musik, atau menjauhkan diri dari sorot media. Karena ketidakmampuan polisi menemukan pelaku kejahatannya, kasus Zapata jadi sangat terkenal, sampai-sampai ia menjadi bagian dari budaya pop Amerika pada jamannya. Ratusan koran dan majalah meliput kasus tersebut. Belasan stasiun televisi mendedikasikan berjam-jam slot acara mereka untuk membahas kasus tersebut. Bahkan, tiga band grunge pujaan media (Nirvana, Pearl Jam dan Soundgarden) mengadakan konser tribut untuk Zapata. Mengingat The Gits turut disorot di babak kedua film, bagaimana bisa Pray tidak sedetik pun merujuk kematian Zapata dalam Hype?
Kegagalan Pray mengkontekskan kematian Wood dan Zapata menjadikan Hype timpang: ketat di depan, kendor di belakang. Perspektif luas yang Pray usung di awal film tiba-tiba menyempit di akhir film, menjadikan Hype kurang komplit sebagai sebuah potret komunitas. Meski begitu, sebagai narasi sejarah grunge, Hype hampir secara utuh mengangkat apa yang selama ini media sepenuhnya abaikan: darah dan keringat komunitas yang melahirkan grunge. Pembabakannya yang jelas, referensinya yang komprehensif, serta perhatiannya terhadap akar rumpun Seattle membuat Hype layak disaksikan. Terutama bagi mereka yang ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik popularitas grunge.
  

Senin, 01 Juli 2013

Hanya Perlu sedikit perubahan

Oke, kali ini bukan soal perasaan gw, ini lebih ke pengembangan kreatifitas gw. gw cuma mau sedikit mengubah isi blog gw yg isinya kegalauan gw tentang cinta, menjadi suatu yg sedikit hiburan dari apa yg bisa gw lakuin
Beberapa hari yg lalu, gw sibuk buat memeras otak dan mengembangkan imajinasinya untuk membuat suatu cerita, sedikit gw taro di sini cuma sample aja sich, lagian juga gak ada yg tertarik sama blog gw ini. cerita ini gw persembahin buat kalian yg masih sudi buat ngeliat blog gw. gw juga sendiri masih bingung untuk kasih judul cerita ini. dan percayalah, ini bukan (sedikit) pengalaman pribadi gw.


Awan sudah siap-siap untuk melaksanakan aktifitasnya sebagai karyawan swasta pergi bekerja dengan menggunakan kendaraan umum, keadaan tak seperti biasanya tempat biasa ia menunggu kendaraan umum begitu penuh, entah apa yang membuat tempat itu begitu penuh dari biasanya. Ketika ia lihat jam di tangannya menunjukan pukul 06.30 WIB.

Tersadar bahwa dia akan kesiangan sampai kantor, ia pun bergegas untuk mendapatkan kendaraan yang biasa ia naiki.  namun suasana hampir Chaos karena setiap orang punya niat yang sama dengan Awan yaitu bergegas sampai tempat tujuan.


Bang pelan-pelan dong, jangan dorong-dorong!!!” omel seorang perempuan tanggung dengan seragam SMA.kalo gak mau desek-desekan jangan naik bus dek, naik taksi aja sana” sahut bapak-bapak yang tampaknya seorang Pegawai Pemerintahan.                                                                                                                                                                                                            
Semua orang yang menunggu di tempat itu naik bus dengan agak sedikit desak-desakan.
Setelah agak beberapa lama tempat itu pun sekejap menjadi sepi. Hanya tinggal tersisa Awan yang masih shock dengan kejadian yg cukup membuat anak kecil menangis karena kepanasan.
Masih belum beranjak dari tempat dia berdiri Awan di kejutkan dengan seorang gadis yang tiba-tiba muncul dan bertanya kepada Awan


“maaf mas, numpang tanya. Kalo jurusan ke UI kemana ya?” tanya perempuan yang agak sedikit gemuk dan bermata bulat.
Awan yang masih memperhatikan gadis itu pun belum bisa menjawab pertanyaan si gadis itu.
“mas kalo jurusan ke UI jurusannya kemana ya??” tanya si gadis itu lagi, dan membuat Awan pun selesai memperhatikan si gadis itu. lalu menjawab “hah? UI? Lewat stasiun Pasar Minggu aja Mbak, Trus Naik Kereta
listrik” Jawab Awan.

“Jauh gak ya mas? Saya baru 2 hari di jakarta” ucap si gadis itu lagi.
“ emang si mbak asalnya darimana? Ngapain Ke UI?”tanya Awan lagi seraya curiga.“saya dari bali mas kenalkan nama saya Desak Ayu Sukma panggil aja Desak atau Sukma, saya mau kuliah di UI  mas” jawab si gadis yang katanyanya Desak Ayu    itu sambil mengulurkan tangan.

Gue Kurniawan panggil aja Awan” membalas uluran tangan Desak “gue panggilnya sukma aja ya.?” Tambah Awan.
“ooh Yaudah bareng aja sama Gue, kita searah, Gue kerjanya juga di depok kok" Awan menawarkan “beneran mas, maksih ya. Maaf kalo merepotkan ya” kata Desak,
 “iya gak apa-apa gak ngerepotin kok, lagian
kan lu baru di Jakarta, entar lu nyasar lagi” ucap Awan.

Tanpa pikir panjang mereka pun pergi menuju stasiun pasar minggu, mereka berbincang di perjalanan. Setelah cukup lama mereka berbincang diam-diam Awan pun merasa kagum dan menyukai gadis yg ternyata sangat periang dan murah senyum itu, dan Sukma pun merasa demikian. Beberapa menit kemudian mereka sampai di Stasiun UI, Sukma pun turun dari kereta listrik dan dibelakang Awan pun ikut turun, Sukma pun Kaget.

“lho mas!? Kok ikut turun juga? Katanya si mas nya turun di Depok Lama?” Tanya Sukma ke Awan.

 “ah enggak, ini Cuma mau mastiin aja, kamu sampai tempat tujuan dengan selamat” Jawab Awang yg sudah mulai salah tingkah. Sukma pun hanya membalas dengan senyuman.
 “hmm gini Sukma, lu kan gak tau nanti pulangnya gimana dan belum hafal, gue boleh minta nomor Handphone lu gak, kalo gak lu gue tunggu di stasiun ini.” Kata Awan.
Sukma pun member Nomor Handphone nya ke Awan dan Menyetujui usul Awan. Lalu terdengar suara klakson kereta yang menandakan bahwa kereta akan segera berangkat.
 “oke, sampai nanti sore ya?” kata Awan, dan Sukma pun menganggukan sambil melontarkan senyuman. Awan pun menaiki kereta yang Ia tumpangi dan melanjutkan perjalanan.
 Hari menjelang sore, waktu menunjukan pukul 15.30 WIB. Awan pun pun yang biasanya menyisihkan waktu lebih lama di kantor kini dia bergegas menuju stasiun Depok Lama, dia khawatir Sukma menunggunya bahkan malah meninggalkannya.kereta pun tiba, tapi kali ini dia harus bersabar karena kereta tak bisa mengikuti kemauannya, sambil menunggu dan harus bersabar Awan SMS Sukma agar bersabar dan dia sedang menuju stasiun UI. Setelah sampai di Stasiun UI, Awan melihat Sukma sedang duduk di peron sambil memainkan Handphonenya. Dia pun bergegas menghampiri.
“Halo! Udah lama nunggunya??” Tanya Awan,

“ya lumayan, dari jam 15.00 WIB  tadi” jawab Sukma sabil tersenym dengan logat Bali yang masih kental.

 “aduh ma’af ya? Tadi gue keluar kantor jam 15.30 WIB” kata Awan.

 “Iya gak apa-apa kok mas lagian kan aku tadi udah janji mau tungguin si mas nya sampe dateng ke sini” jawab Sukma dengan kalem.

 “oke, untuk menebus kesalahan gue, gimana kalo lug w traktir makan dan jalan-jalan keliling jakarta, Gimana?” usul Awan,

 “hmm kalo jalan-jalan jangan sekarang ya mas, ini kan udah sore juga” tawar Sukma,

 “yaudah kalo gitu kita makan aja deh dulu, lu pasti belom makan kan?” Tanya Awan
 dan di sambut dengan gelengan kepala Sukma.

“oke yuk kita makan nanti abis itu gue anterin pulang” Tambah Awan.

Mereka pun pergi mencari tempat makan, sembari berbincang Awan pun memperhatikan orang yang baru di kenalnya tadi pagi. Perasaan yang Awan rasa berbeda dari perempuan yang baru dikenalnya, untuk urusan pasangan, Awan memang tidak sembarangan.
Dia sangat selektif, banyak gadis yang suka padanya bukan karena dia ganteng atau kaya, karena Awan  laki-laki yang baik dan setia kawan.
Setelah makan, Awan pun kembali ke stasiun UI untuk mengantarkan pulang Sukma ke daerah Cilandak dan pulang ke Jagakarsa.

Waktu berjalan cukup lama, Awan dan Sukma Berhubungan, tapi hanya sebatas teman. Awan merasa belum menemukan waktu yang tepat untuk menunjukan rasa sayangnya kepada sukma.
padahal beberapa kali sukma memberikan kesempatan kepada Awan untuk menunjukan rasa sayangnya, tapi Awan tidak menyadarinya.

“Awan, tau gak tadi itu aku di godain sama seniorku, aku malu banget” seru sukma seraya membuka pembicaraan

“hah Siapa?  trus kamu diapain? Tapi kamu gak apa-apa kan?” Awan bicara agak panic.

“hihihihihi gak lah, Cuma di godain gitu mau minta kenalan, tapi teriak-teriak di depan kampus dia tuh senior aku namanya agung gak mungkin lah aku di apa-apain” jawab Sukma sambil tertawa.

“ooooh, kirain apa’an. Trus kamu mau kenalan sama dia?” Tanya Awan agak kesal

“iya lah, masa gak, nanti aku dibilang sombong lagi kalo gak mau” tegas Sukma

“alah paling juga besok-besok juga kamu jalan sama dia, trus jadian deh.” Kata Awan dengan nada sinis.

“gak lah, aku lagi nunggu seseorang kok” katan Sukma dengan mantap.

Setelah Satu minggu  Awan tak mendapatkan kabar dari Sukma, dia menjadi gusar dan merasa ada yang kurang setelah satu hari beraktifitas,tak seperti perbincangan terakhirnya dengan Sukma Satu minggu yang lalu.
Dia hanya bisa berpikir “mungkin Sukma sedang sibuk dengan tugas kuliahnya.

Dua hari kemudian Awan berpikir ini ada lah waktu yang tepat untuk memberitahukan perasaannya kepada Sukma.
Tiba tiba ada SMS di Handphone Awan “Awan, besok kita ketemu di stasiun UI yuk! Aku ada kejutan buat kamu”

Awan pun merasan semesta mengijinkannya dan iya pun kembali tersenyum. Keesokan harinya Awan berhenti di Stasiun UI dan sedikit menunggu Sukma, beberapa menit kemudian Sukma datang tapi tak seperti biasa, dia datang berdua dengan seorang laki-laki, agak sedikit curiga, awan pun berusaha berpikir positif.
  “halo, udah lama ya nunggunya?” Tanya Sukma yang seperti biasa selalu ceria
“gak kok baru 15 menit yg lalu, ada kejutan apa sich?” Tanya awan berusaha memecahkan penasaran.

“oh iya kenalin ini Mas Agung, yang tempo hari kita obrolin” seru Sukma


“oh ini orangnya, kenalin Awan” kata Awan sambil menyodorkan tangan.

“Agung” membalas sodoran tangan Awan.

“Awan, Mas Agung ini sekarang Pacar aku, aku pengen banget dia kenal sama kamu,sahabat aku” kata Sukma.

“oh pacar kamu, kapan jadiannya?” Tanya Awan sambil pasang senyum palsu.

“baru 2 hari yang lalu kok, ya kan Bi?” Tanya Sukma kepada Agung.

“Iya, baru 2 Hari” Tambah Agung.

“ooh 2 Hari yang lalu, oiya, maaf nih aku gak bisa lama-lama, soalnya tadi Bos ku minta supaya aku balik lagi kekantor buat temenin dia meeting di Jogja.” Awan memberi alasan.

“yah gak seru ah, masa kerja lagi sich padahal aku mau ajak kamu makan, buat ngerayain hari jadian aku” jawab Sukma dengan penuh kecewa.

“lain kali kan bisa,nanti kalo udah gak ada urusan pasti aku hubungin deh. Oiya selamat ya Gung, jagain Tuh si Sukma, jangan sampe bikin dia nangis, kalo dia nangis. Gue adalah orang pertama anyg bakal kasih bogem mentah ke muka lu” kata Awan sembari senyum, dan Agung hanya mengangkat jempolnya saja.

Karena hampir tak bisa meembendung air mata, maka Awan segera bergegas meninggalkan Sukma dan Agung agar tak terlihat air mata yang menetes. (Bersambung)





ya ini baru sebagian, rencananya gw mau perpanjang lagi. inisich sekalian buat promosi aja. buat kalian yg sudah baca, bersegera lah mencuci mata anda takutnya kena infeksi. gw gak punya basic dalam menulis, kalo ada yg punya ilmu coba lah gw di kasih saran. dan komentarnya. 
THX sampurasun om swastiastu. \(^-^)/

Selasa, 07 Mei 2013

Still Confused

beberapa hari yg lalu gw mau coba buat artikel tentang nyokap gw, karena bertepatan dengan hari kartini. tapi buntu, dan gagal gw terbitin di sini (Blog), dalam hati gw gw pengen banget nulis, tapi gw sendiri gak tau tema apa yg harus gw tulis.

pikiran gw udah overload buat mikirin tema-tema baru. gw emang butuh refreshing otak tatu kalo perlu di install ulang otak gw, biar memori-memori yg menurut gw pahit itu ilang dan menjadi orang yg baru, biar bisa mikirin tema buat blog gw yg lebih fresh, yg isinya bukan cuma kegalauan-kegalauan gw kemaren-kemaren.
secara gak sadar gw pun malu baca blog gw sendiri. karena isinya kaya anak labil yg baru ngerasain cinta. tapi gw pikir gak apa-apa lah, siapa tau ini bisa jadi kenang-kenangan.


ada yg pernah bilang ke gw dengan nada yg menurut gw satir banget, " kayak kurang kerjaan aja lu nulis di Blog!","emang lu nulis di blog di bayar??","lu tuh cuma ngikutin raditya dika aja, gak kreatif banget sich"
dengan sedikit gondok gw bilang, "gw mau belajar jadi penulis, bukan berarti blog harus bayar gw, raditya dika emang salah satu inspirasi gw buat nulis di blog, tapi masih banyak kok yg nulis blog, bukan dia doang"
tanpa sadar nafas gw udah mau abis.

ya memang menulis di blog itu gampang-gampang susah, kalo mood gw bagus, sehari gw bisa buat 5 judul. tapi kalo lagi badmood satu paragraf aja susah banget. sampe-sampe gw lupa, jangan-jangan otak gw masih di pinjem sama patrick star buat ngadalin spongebob. tapi gak mungkin mereka berdua itu bersahabat sangat dekat, mereka berdua itu kayak biji, gak bisa di pisahkan. jadi dalam bayangan gw itu kalo misal biji yg satu nongkrong di atas rumah dan biji yg satunya lagi pergi kerja ke krusty krab, bakal kayak apa bentuknya itu, ngomong-ngomong biji apa'an yg gak bisa di pisahin?? ah sudahlah semakin lama gw semakin ngawur aja. buat gw bikin blog itu gak bisa asal sekedar tulis aja. (kayak gw ini contohnya) tapi yg paling penting menulislah dengan hati dan gak perlu Jaim-Jaim.



sampai jumpa di tulisan gw berikutnya !!!! :*

Jumat, 15 Maret 2013

Lu gak akan pernah tau, sebelum lu menyelami ke hidupannya


Hmm, gw mulai dari mana ya?? 
Sebelunya gw selalu nyari-nyari bahan buat tulisan gw di Blog, sampe akhirnya gw ketemu sama temen gw waktu SMP, Sebut saja “Upik”.
 Ya semua memang sudah jauh berbeda , “upik” yang dulu berkaca-mata tebal layaknya “Bety La Fea” kini jauh lebih cantik, dulu selalu pake baju seragam kebesaran sekarang memakai pakaian yg cukup modis.  Tapi jujur gw dulu suka banget sama dia, karena orangnya survive.
 Dia selalu gak merespon kalo temen-temen SMP gw yg lain ngejek dia. Dia lebih memilih jadi diri sendiri dari pada menjadi orang lain.
Tapi selepas jauh dari itu pertemuan gw di malam itu, gw melihat begitu banyak beban yg harus dia pikul, gw gak mau banyak bertanya tentang hal apa yg telah dia lewatin, terlebih kadang gw mendengar berita tentang dia yg gak mengenakan. 
Gw memang orangnya gak gampang percaya sebelum kebenarannya membuktikan sendiri. Gw merasa gak enak untuk bertanya tentang privasinya, menurut gw secara gak langsung itu memojokan dia, dan memaksa dia untuk mengingat apa yg dia alami jikalau itu benar.
Ya gw di sini memetik suatu makna ketika gw melihat temen SMP gw ini si “Upik”.                                                            Bahwa sejatinya gak selamanya senyuman seseorang itu menggambarkan kalo dia sedang bergembira, bisa saja ketika dia tersenyum, hanya untuk menghibur diri dan merasa kuat untuk menjalani hidupnya sendirian.
Sangat ironis ketika gw melihat seseorang yg pernah ada di sekitar gw dia merasa bahwa dia adalah orang yang paling menderita ketika dia kehilangan seseorang yg paling dia sayang.  Dari garis besar sungguh itu sangat jauh berbeda dengan teman SMP gw “Upik”, tentu saja “Upik” enggan memperlihatkan kesedihannya di depan orang-orang di sekelilingnya dan dia merasa menjadi orang yang beruntung di dunia, setidaknya keluarga dan teman dekatnya selalu ada membantu dia untuk bangkit dari keterpurukan.
 Ah sudah lah, ini hanya opini gw. Kalo gak suka ya gak usah di baca. 

Selasa, 19 Februari 2013

Si Miskin Yang Selalu Dilema

Hmm... gw mulai dari mana ya??

oke, semalem 15 Febuari 2013 gw mendapatkan (Lagi) penghinaan diri seorang mantan pacar gw.
ya gw emang orang yang cukup beruntung, pernah punya pacar yang cukup berada. tapi sisi negatif nya gw selalu jadi bahan hinaan karena (menurut mantan gw) gw adalah orang miskin. gw coba untuk tidak meladeni olokan demi olokan karena gw gak mau menanamkan kebencian pada diri gw untuk dia.
mungkin awalnya gw yang salah, karena gw membiarkan mantan gw yg lain meledek, mungkin maksud mantan gw yg lain hanya senang-senang. semua berlanjut, dan akhirnya tiba ketika di twitter mulai menyinggung gw.
karena gw gak ngerasa mengganggu nya gw pun hanya membalas sekedarnya. dan sedikit tertawa dengan nada konyol lainnya (ya gw memang suka ngeselin orang) gw agak kesal ketika dia mulai melibatkan orang tua gw. selama gw hidup gw selalu gak mau melibatkan urusan pribadi gw dengan orang tua gw.
dan gw dengan emosi membalas tweet dengan gambaran yg tidak pernah bisa dia lakukan, dan mantan gw sebut saja Pupu menyarankan agar gw unfolow. dan setelah gw unfollow, pupu menyarankan agar gw melihat Time Line nya mantan gw. setelah gw liat Time Line nya gw agak tercengang karena isinya penghinaan yg pernah dia lontarkan ke gw 2 tahun yang lalu. kenapa lama. karena gw punya prinsip gak selalu mantan jadi musuh, dan gw hanya menjaga silahturahmi. kira-kira seperti ini.


sengaja sama gw namanya gw samarkan karena gw menghargai Privasi nya.

gw gak habis pikir, kenapa dia bisa berbicara seperti itu ya?? apa orang tuanya memang mendoktrin anaknya seperti itu?? kalo memang benar, ternyata parah sekali ya?? ah sudah lah, gw sebenarnya tidak berhak untuk mengurusi kehidupanya, tapi ketika gw di hina seperti itu, gw cuma bisa mengusap dada dan gw hanya bisa berdoa, agar dia cepat menyadari kalo yang dia katakan itu salah, walau kenyataannya gw memang tidak sederajat dengan dia, dan semoga saja dia menyesalinya.
entah seolah dia benar berbicara tentang agama, tapi dia sendiri tidak menyadari kalo yg dia bicarakan itu selayaknya memakan bangkai saudaranya. yah sudahlah gw hanya menulis apa yg ada di dalam hati gw. gw hanya bisa mendoakan semoga tidak terjadi apa-apa dengannya, karena yang gw tau akhir-akhir ini "Karma datanganya cepat seiring berkembangnya JNE", hahahahahaha. udah deh lama-lama gw makin ngaco ngomongnya. lagipula, suasana kampus makin ramai, untuk memikirkan bahan ini saja sampai berhari hari.
sorry kalo blog gw ini berantakan. gw bukan raditya dika yang blog nya bagus dan menarik. tapi setidaknya ini bisa gw jadikan untuk kenang-kenangan dan catatan apa aja yg gw alami, selama gw hidup.

Chers up

Kamis, 31 Januari 2013

Hantam Prasangka Buruk



Beberapa hari yang lalu, kita di hebohkan oleh beberapa  public figure negri ini atas ucapannya yang mengandung SARA. Masyarakat berbondong-bondong menghujat dan meng olok-olok melalui sosial media  dan anehnya tidak sedikit pula orang yang mendukungnya. Beberapa Public figure lainya secara gamblang mengungkapkan ke tidak setujuan atas tindakan SARA tersebut.
Saya sendiri tidak perduli atas apa yang mereka lakukan, tapi menurut hemat saya sebagai warga Negara yang baik dan sedikit tidak taat ini memang benar-benar tindakan yang salah, ternyata kabar yang saya dengar (entah dari mana) mereka yang melakukan tindakan SARA itu ingin mengalihkan perhatian terhadap public untuk menjadi orang nomor satu di Negri ini.

Siapa sangka seorang seniman yang sangat di hormati dan paling di segani di Negri ini melakukan tindakan hal SARA, ironisnya dia sangat paham betul akan konsep agama yang dia anut (dan tentu saja menjadi agama saya). Saya sendiri jadi mempertanyakan ke ta’atan nya dalam beragama, mengingat banyak kasus yang kurang mengenakan di masa lalunya. Kejadian ini terjadi ketika ada pemilihan gubernur Jakarta, dalam ceramah agamanya dia mencampurkan ceramah dengan urusan politik. Percayalah walaupun saya bukan orang yang taat dalam beribadah dan masih angot-angotan, saya sadar sekali kalau itu sangat salah. Memang benar dalam agama saya ada ayat yang mengatakan “tidak boleh memilih pemimpin yang bukan dari agama yang sama”. Tapi kita semua sama-sama tahu, kalau pemimpin sebelumnya itu bukan pemimpin yang bersih dan sedikit bermasalah. Memang manusia tidak ada yang sempurna, jika ada pemimpin yang setidaknya membuat Kota ini lebih baik walaupun bukan dari agama yang sama kenapa tidak? Jika dia menjadi pemimpin Negara ini, entah apa yang akan dia lakukan, mengusir semua masyarakat yang tidak sama dengan agamanya mungkin. Apa dia tidak mengingat akan perjuangan para Pahlawan yang berjuang untuk memerdekakan Negri ini?, apa para Pahlawan berjuang sesuai dengan agama nya masing-masing? Apa kalian berfikir hal yang sama dengan saya?

Selang beberapa waktu masalah ini hampir reda, muncul lagi ketika seorang pengacara yang cukup terkenal (tapi juga pengangguran) berkicau di akun twitter dan menyinggung tentang Ras dan Golongan tertentu. Dan lagi-lagi para pemimpin Jakarta yang jadi sasarannya. Dia menyerang Wakil Gubernur yang notabene nya bukan keturunan pribumi, entah apa yang ada di kepalanya sampai dia harus memikirkan apa yang sebenarnya bukan pekerjaan nya (seperti saya sekarang ini) memangnya kenapa kalo dia tidak mau pindah dari rumah pribadinya? Bukan kah itu bagus berarti wakil gubernur bukan tipe orang yang memanfaatkan jabatan, tidak seperti pejabat-pejabat tinggi Negara ini. Yang ngotot untuk mendapatkan rumah dinas yang anggarannya satu rumah bisa memberi santunan untuk rakyat miskin satu kecamatan.                                                                                               Memangnya kenapa dia mempertontonkan rekaman hasil rapat bersama bawahan-bawahannya kepada masyarakat? Bukan kah itu bagus, jadi tidak ada kecurangan lagi dan mengurangi tingkat korupsi di tingkat pejabat daerah, kenapa harus malu? Jika benar dan tidak ada yang janggal tidak perlu merasa malu. Jika ketahuan kejanggalan-kejanggalan ya itu salah sendiri kenapa begitu bodoh hingga harus melakukan korupsi.
Dia berkata “sudah sa’atnya yang muda seperti saya memimpin negri ini” dalam pikiran saya dia pasti belum bangun dari tidurnya. Saya mengurangi penilaian saya terhadap dia setelah dia berkata “orang miskin tidak perlu di pelihara Negara”. Sudah jelas-jelas ada undang-undangnya. Seharusnya sebagai pengacara kondangan, dia lebih tau dari saya.  Tiga hari yang lalu dia datang ke kampus dimana saya bekerja, dalam acara yang sebenarnya tidak ada hubungan dengan politik dan saya anggap itu sebagai tindak Pencitraan dan kampanye terselubung, agar mendapatkan dukungan dari kalangan mahasiswa, ini perkiraan negative saya loh, jadi tidak benar-benar apa yang terjadi.

Lalu ada seseorang yang katanya calon hakim tinggi di negeri ini yang menyatakan hal yang di luar dugaan public, dia berkata bahwa “sesungguhnya tersangka pemerkosaan  dan korban pemerkosaan sama-sama menikmati perkosaan itu” sungguh sangat tidak pantas di ucapkan, walau pun niatnya hanya sebatas guyonan. Sebenarnya saya sempat setuju tentang penolakannya terhadap sangsi pemerkosa, karena itu tidak perlu di hukum mati, kalo pun harus di hukum mati, setidaknya kalo si korbanya juga di bunuh itu baru setimpal. Dan opini saya seandainya memang harus di hukum mati, tentu terpidana tindak korupsi harus merasakan hal yang sama. Karena korupsi bukan hanya membunuh seseorang tapi ribuan, bahkan jutaan orang di Negara ini.

Saya hanya menumpahkan keganjilan yang ada di kepala saya, dan saya hanya mencoba, apakah saya masih punya otak atau sudah mengikuti naruli binatang, dantrernyata saya masih punya nurani. saya tidak bermaksud untuk menyudutkan seseorang dan tidak bermaksud ingin menghasut orang yang baca tulisan saya ini, dan saya pun tidak ingin membuka forum untuk perdebatan akan tulisan saya ini, kebebasan berpendapat itu sah-sah saja dan tidak harus di debatkan. Dan percayalah keberagaman itu sangat indah, dan kita hidup (katanya) Merdeka seperti sekarang ini karena keberagaman suku dan agama, bila kalian yang membaca tulisan saya ini sadar. Saya ingin bersama menjadikan Negara kita Negara yang kuat akan keberagaman dan tidak bisa di pandang sebelah mata oleh dunia. Dengan tidak menghargai pendapat orang dan hanya menjadi pribadi yang membenci, Negara ini akan hancur dalam hitungan beberapa tahun lagi.  Terimakasih ……! (“-)V